utaratu

Home » Uncategorized » Wawancara Chung-Yen Chen

Wawancara Chung-Yen Chen


“I feel free.” Kata Chung Yen, salah seorang kawan kami. Ia merasa bebas saat ini. Ia bahagia. Ada jalan yang membawanya menuju titik kebahagiaan tertinggi dalam hidupnya. Begitu menurutnya. Kebahagiaan yang bagaimana?

***

Biasanya setiap tahun mahasiswa muslim NTUST mengadakan acara di lingkungan kampus dalam rangka memperingati Hari Raya. Ini sudah menjadi agenda rutin tahunan. Ada yang menyiapkan makanan, dari mulai sate hingga buah-buahan, ada yang menyiapkan tempat, merapikan dan menata lokasi yang akan digunakan.

Pemandangan yang terlihat kurang lebih sama dari tahun ke tahun. Ada tausyiah yang disajikan dan tentunya makanan yang sudah ditunggu-tunggu hadirin. Orang-orang ramai berkumpul, bersila, mendengarkan kalimat demi kalimat dengan seksama. Mencoba memaknai materi kajian mengenai Qurban dengan berbagai macam cara. Ya, acara inti tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tapi tentu saja ada yang berbeda.

Ya, hari itu kami, mahasiswa muslim NTUST mendapatkan tambahan anggota keluarga baru di dalam Islam. Chung Yen Chen, sahabat kami, seorang taiwanese menyatakan keislamannya. Tentu saja ini menjadi angin segar bagi dakwah Islam di bumi Formosa.

Pengucapan SyahadatDengan dibimbing oleh Pak Burniadi, Chung Yen Chen mengucapkan dua kalimat syahadatnya. Perlahan, walaupun agak sedikit tak terdengar jelas pengucapannya, ia mengucapkan kata demi kata dengan serius. Sebelumnya bahkan ia ditanya, apakah ia merasa dipaksa atau dibawah tekanan? Ia jawab, bahwa ini adalah keinginannya secara pribadi, ini jalan hidupnya.

****

Chung Yen Chen yang lahir di Miao Li dan akhirnya menetap di Taipei ini tumbuh besar dalam keluarga yang berkecukupan. Ia kini merupakan mahasiswa jurusan Electrical Engineering NTUST. Sekalipun dulu ia pernah bercita-cita menjadi dokter hewan, namun ia kini menganggap jurusan yang ia pilih sudah lebih dari cukup. Ia merasa nyaman. Sampai suatu ketika panggilan jiwa menuntunnya kepada Islam.

Beberapa waktu lalu kami berhasil mewawancarai Chung Yen Chen dan bertanya berbagai macam hal. Mudah-mudahan hasil wawancara ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Berikut kami sajikan penuturan Chung Yen Chen mengenai dirinya dan Islam.

 

Apa yang membuat Anda tertarik terhadap Islam?

Aku tertarik ketika melihat arsitektur masjid. Sungguh indah. “It’s beautiful. – bangunan itu indah.” Selain itu aku juga tertarik dari sisi makanan. Unik. Apalagi semenjak berkenalan dengan orang-orang Indonesia yang ada di sini.

 

Tentu dahulu Anda pernah tahu tentang Islam, atau paling tidak mendengarnya di berita-berita, sebelum bertemu dengan orang-orang Islam, bagaimana Islam menurut Anda?

Islam terlihat sebagai agama yang ketat dalam aturan. “Strict religion.” Dulu aku pikir sungguh tidak adil jika para wanitanya memakai hijab untuk menutupi dirinya. “It’s seems unfair.

Bagaimana pandangan Anda tentang Islam setelah Anda paham?

Aku kini paham. Mungkin memang ada orang yang ingin merusak Islam. Atau bahkan mereka yang menggunakan kekerasan semacam teroris. Tapi kupikir itu bukanlah tentang Islam. Itu hanya sekelompok orang saja. Islam yang kupahami setelah aku banyak berdiskusi dengan orang-orang tak seperti itu. Islam agama yang menenangkan. Damai rasanya.

 

Alasan apa yang membuat Anda memutuskan untuk berislam?

Pertama-tama keluargaku termasuk yang tidak terlalu peduli dengan agama. Biasanya kami hanya menjalankan tradisi saja, misalnya mengenang leluhur kami. Itu saja. Sekedar budaya memang. Dan alasan berikutnya adalah aku merasa tidak ada nilai spiritual selama aku hidup. Aku pikir manusia akan menjadi lemah tatkala hal-hal seperti itu tak ada. Islam bagiku menjawab persoalan tentang hal ini.

Apa perasaan Anda saat ini setelah memeluk Islam?

I feel free. I feel pure. – Aku merasa bebas. Aku merasa suci.” Aku merasa mendapatkan sesuatu yang hilang. Aku menemukan sisi spiritual yang selama ini aku cari. Dan itu membuat aku merasa nyaman. Dan satu hal lagi, kini aku merasa masuk ke dalam sebuah keluarga besar, dan aku disambut dengan luar biasa. Selama ini di masyarakat Taiwan, kebanyakan dari orang-orangnya cenderung individualis. Kini aku nyaman bersama-sama dengan orang-orang Islam yang lain.

Lalu bagaimana reaksi keluarga Anda?

Mereka menyerahkan semua putusan padaku. Selama aku masih bisa bersikap dewasa dan menjaga tradisi keluarga, itu tidak masalah. “It’s up to you – itu terserah kamu.” Begitu kata mereka. Lagipula mereka tak mempermasalahkan nilai-nilai agama. Mereka tidak terlalu peduli.

 

Bagaimana dengan teman-teman dekat Anda?

Mulanya saat kuberitahu mereka kaget bukan main. “Seriously – Kamu serius?” Tapi setelah itu kami biasa saja, tak ada jarak, mereka tak mempermasalahkan juga. Oh ya, mereka sempat bertanya kenapa aku memilih Islam, lalu kujawab sambil sedikit bercanda menanggapi mereka, “This is the most challenging religion.”

 

Apakah Anda sebelumnya tahu mengenai keberadaan Taiwaneese muslim?

Ya, aku tahu. Ada beberapa yang memang masuk berita juga kadang-kadang. Jumlah mereka memang tak banyak. Aku sempat beberapa kali berbincang-bincang juga dengan salah seorang dari mereka dan itu juga meyakinkanku untuk berislam.

 

Biasanya di negara yang jumlah muslimnya minoritas, seperti di Taiwan ini, berita-berita mengenai Islam kadang berat sebelah dan cenderung negatif, bagaimana menurut Anda?

Menurutku berita-berita yang bertebaran lebih banyak condong kepada pendapat-pendapat yang ada di Barat sana, terutama Amerika Serikat. Mereka terlihat membenci Islam. Dan banyak orang di Taiwan yang pandangannya mengikuti Amerika Serikat itu.

 

Ada beberapa orang yang mungkin masih merasa takut terhadap Islam, adakah pesan-pesan yang ingin Anda sampaikan terhadap mereka?

Jangan menyimpulkan sesuatu sebelum kamu benar-benar paham akan hal itu. Jangan melihat hanya dari satu sisi saja. Lihat keduanya, pikirkan baik-baik dan kemudian putuskan dengan sikapmu. Dengan begitu kita bisa melihat persoalan secara objektif.

Don’t make conclusion on something you don’t understand. Don’t look only one  side. Look both sides, and then think. You can decide afterwards.

[Iman Adipurnama]


2 Comments

  1. Alhamdulilah dia menerima hidayahNya Semoga dia istiqamah yaaaa… Aminn

  2. Haryo Wicaksono says:

    Reblogged this on and commented:
    An interview with a Taiwanese student who converted to Islam..
    May Allah bless him..

Leave a reply to Firsty Chrysant Cancel reply